Sunday, June 2, 2013



Catatan Sejarah di Masa Kerajaan Joseon

1.       Joseon wangjo sillok

   Joseon Wangjo Sillok atau catatan sejarah di masa Kerajaan Jeseon atau catatan nyata di masa dinasti Joseon adalah catatan tahunan sejarah dinasti Joseon mulai dari pendirinya yakni Raja Taejo sampai ke penguasa terakhir Raja Cheoljong, raja ke-25 dinasti tersaebut. Catatan sejarah itu dibuat dalam bentuk tulisan tangan dan cetakan. Catatan sejarah itu ditetapkan sebagai harta benda nasional nomor 151, diakui sebagai catatan sejarah dalam periode paling panjang (472 tahun atau sekitar 172 ribu hari) sebuah kerajaan tunggal di dunia, dan ditetapkan sebagai harta benda catatan dunia tahun 1997. 
   Ciri khas catatan sejarah yang membedakan dengan buku sejarah lain ialah bahwa buku itu bukan dibuat oleh orang tertentu di waktu tertentu dengan niat tertentu. Catatan sejarah itu biasanya dibuat pada waktu raja berikut (baru) setelah raja sebelumnya meninggal dunia. Sejarah kedua raja di dinasti Joseon, yakni Raja Gojong dan Raja Sunjong, tidak tercantum dalam catatan sejarah karena waktu akhir dinasti seluruh kekuasaan hampir di bawah kontrol kolonialis Jepang dan sejarah itu banyak diputarbalikkan oleh mereka.
2.       Sacho
   Hal yang membuat catatan sejarah itu begitu istimewa adalah Sacho atau naskah tulisan sejarah yang asli. Data setiap raja mulai disusun dan diterbitkan setelah raja itu meninggal dunia. Segala hal yang dikerjakan atau dibahas oleh raja dan pejabat pemerintah di masa dinasti Jeseon semua dicatat oleh para penulis sejarah.
    Mereka bukan hanya mencatat fakta dalam semua rapat kerajaan, melainkan juga kesalahan dan kebaikan dalam pelaksanaan urusan nasional, evaluasi tentang tokoh, dan urusan rahasia kerajaan. Kemudian tiap penulis sejarah menyimpan data itu untuk menjaga kerahasiaannya. Sacho yang dicatat dalam proses yang demikian itu, diajukan saat membuat Sillok. Catatan tulisan sejarah asli, Sacho, tidak boleh dibaca atau ditulis kecuali oleh penulis sejarah, bahkan raja juga tidak bisa membaca catatan itu.
    Hal itu memudahkan untuk menjaga objektivitas isi catatan tersebut. Kalau Sillok telah diselesaikan melalui prosedur Sacho, Chocho, Jungcho dan Jeongcho, maka semua catatan naskah itu dihapuskan atau disebut “Seacho”. Hal itu bukan hanya untuk mendaur ulang kertas yang sangat berharga di masa lalu, melainkan juga untuk mencegah konflik atau bahkan bencana yang disebabkan oleh catatan tersebut.

No comments:

Post a Comment